Terkait Penguatan Tebing Dan Normalisasi Sungai, Djidon Acuh Tak Acuh, Warga Dumoga Bersatu Marah !

Tuuk Sorot Tajam Sikap Cuek Balai Sungai Wilayah I Sulut

Topiksulut.com, SULUT – Warga Kecamatan Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) atau disebut Dumoga Bersatu akhirnya pada titik puncak kejengkelan terhadap Balai Wilayah Sungai Sulawesi Utara I.

Pasalnya, kondisi sungai Ongkag walaupun sudah sering dikumandangkan bahkan pernah mengajukan proposal terkait pembangunan penguatan tebing sepanjang 1000 meter, namun hingga berita ini diturunkan tetap tidak mendapat respon dari instansi tersebut.

Hal ini dibenarkan pula salah satu Anggota DPRD Kabupaten Bolmong, Sunny.JA Dampi.

“Sudah mengusulkan proposal 1000 Meter untuk pembangunan penguatan tebing, juga beberapa kali melaporkan ke balai sungai namun tidak pernah di gubris,” tutur Legislator dapil 5 ini kepada wartawan saat lakukan check on the spot, Rabu (4/10).

Senada juga dikatakan Sangadi atau Kumtua Desa Dumoga Induk, H.Manggopa.

“Sudah pernah sampaikan ke Balai sungai, alasan dana tidak mencukupi,” tutur yang juga seorang guru ini.

Ditambahkan pula, ada sekitar 5000 jiwa terancam bila dan terjadi erosi dan banjir besar. “Pernah terjadi banjir besar tahun 1995/1996 dan 2006/2007,” ungkap dia.

Untuk itu lanjutnya lagi, perhatian instansi terkait dalam hal ini Balai Wilayah Sungai I yang dipimpin Djidon Watania, agar secepatnya turun tangan. “Segera lakukan penguatan tebing dan normalisasi sungai,” tutur dia seraya.

Dilain pihak, sikap cuek Balai Wilayah Sungai I Sulut disorot tajam Anggota DPRD Sulut, Ir.Julius Jems Tuuk. Menurutnya, sudah berulang kali balai sungai datang dan melihat langsung kondisi yang ada, tapi sampai hari ini belum ada tindak lanjut.

“Setiap kali datang, balai sungai hanya bisa iba dan berjanji akan segera melakukan perbaikan, tapi hasilnya nol besar sampai hari ini. Kalau hanya iba dan terenyuh apa bedanya si Djidon dengan Aidit dan Muso. Aidit dan Muso juga iba dan terenyuh melihat sesamanya yang kesulitan,” tegas Tuuk.

Lebih tegas lagi dikatakan Tuuk, masyarakat Dumoga butuh bukti bukan janji. “Kalau setiap Pak Djidon hanya datang berkhotbah dan menghimbau warga duntuk berdoa masyarakat dan para pendeta pasti berdoa, tapi kalau tidak ada tindakan nyata dari balai sungai apalah artinya, proposal demi proposal sudah di layangkan oleh pemerintah desa seakan tidak ada artinya, ” ujar Tuuk.

Terkait hal diatas Tuuk mengatakan, sudah berulangkali dirinya menelpon langsung, SMS, Whatsapp kepada Kepala Balai Sungai I tapi tidak pernah direspon.

“Ada apa ini? Kalau memang seperti ini keadaannya sepertinya saya harus turun bersama masyarakat untuk melakukan aksi ke Kementerian dan menyurat langsung Kementerian untuk menempatkan kepala balai sungai yang baru menggantikan Djidon Wantania, Hampir tidak ada yang beliau lakukan untuk menanggapi aspirasi masyarakat Dumoga, tidak bisa kerja dia,” tegas Tuuk lagi.

“Dengan kondisi seperti sekarang ini sama halnya Balai Sungai tidak ingin suasana kondusif di Dumoga, sekali lagi saya tegaskan kalau saya turun bersama masyarakat saya tidak akan berhenti sebelum sampai di Kementerian, kalau mau perang, perang jo satu kali,” pungkas Tuuk.

Terpantau, memang benar kondisi sungai (kuala) tersebut mengancam masyarakat sekitar. Mengapa tidak, tak lebih jarak 20 meter, bila curah hujan tinggi dan terjadi banjir, maka masyarakat akan menanggung efek luar biasa. Volume air meningkat dan dipastikan rumah warga akan terbawa arus.

“Kami mau kuala ini dipindahkan ke kuala mati. Torang pe rumah somo anyor,” seru pak Oni salah satu warga Dumoga Induk.

Turut hadir pula saat dilakukan check on the spot oleh sejumlah awak media, Sangadi di empat desa Kecamatan Dumoga, Sekretaris Camat (Sekcam) Dumoga, Heliek Manggopa,Sunny JA Dampi Anggota DPRD Bolmong Dapil 5 bersama warga.(*/serly)