TopikSulut.com, MANADO – Para Penumpang Pesawat Motoling Airline tipe ATR 72-500 yang akan mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado tidak menyangka bahwa pesawat yang mereka tumpangi akan bernasib nahas.
Pesawat tersebut mengalami kerusakan engine nomor 1 sehingga mengalami hard landing setelah sebelumnya swing ke arah kiri. Nampak asap hitam pekat mengepul di Runway 36 Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado sekitar pukul 17.00 Wita.
Sebelumnya sekira pukul 16.30 petugas tower menerima informasi dari pilot bahwa pesawat mengalami gangguan pada engine nomor 1 yang mengakibatkan pesawat kesulitan mengubah arah. Kondisi makin kritis karena bahan bakar yang tersisa hanya untuk 1 jam di udara. Atas informasi tersebut petugas tower lalu menginformasikan kepada petugas watchroom dan kemudian melakukan prosedur siaga II.
Sontak peristiwa tersebut membuat seluruh personil dan kendaraan Pemadam Kebakaran Bandara Internasional Sam Ratulangi bergerak ke arah lokasi kejadian dan melakukan proses evakuasi. Selama proses evakuasi hingga penanganan accident, tercatat 8 korban selamat, 2 luka sedang, dan 7 luka berat.
Peristiwa tersebut merupakan skenario latihan penanggulangan keadaan darurat berupa crash accident pesawat.
“Ini adalah latihan uji coba dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat yang kami lakukan secara periodik dan melibatkan anggota komite bandara,” ungkap Minggus Gandeguai, General Manager Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Senin (23/10/2017).
Peserta latihan skala kecil tersebut melibatkan 81 personil lintas instansi yang masuk dalam komite bandara, diantaranya Airnav, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan Kepolisian Bandara.
“Ini adalah kedua kalinya kami laksanakan latihan selama tahun 2017 ini. Harapan kami, dengan adanya latihan seperti ini dapat meningkatkan dan menguji keterampilan personil dan kendaraan. Semua harus dipastikan siap dan terampil untuk mengantisipasi keadaan darurat,” jelas Minggus.
Sebelum pelaksanaan kegiatan latihan tersebut, telah beberapa kali dilaksanakan table top dimana skenario alur komunikasi dimainkan melalui simulasi dengan gambar dan miniatur kendaraan.
“Jadi tidak ada gladi yang dilaksanakan, semua latihan hanya di atas meja melalui simulasi table top. Harapannya, kami jadi lebih bisa menguji segala bentuk komunikasi, koordinasi, dan komando saat terjadi keadaan darurat,” lanjut Minggus.
Lebih lanjut Minggus mengatakan bahwa respond time kegiatan latihan hari ini yaitu 1 menit 33 detik. Ini masih masuk kriteria karena tidak lebih dari 3 menit. Meskipun demikian, latihan yang dilaksanakan tidak berdampak terhadap penerbangan.
“tidak ada penerbangan yg terdampak dikarenakan persiapan dan pemberitahuan yang telah dilaksanakan sebelum hari latihan kepada instansi-instansi terkait,” pungkasnya.