TopikSulut.com, MANADO – Selamat hari raya Imlek bagi mereka yang merayakannya. Hari raya Imlek tahun 2019 ini merupakan perayaan Imlek yang ke-2570 dengan tahun Babi, (05/02/2019). Tahun Babi ini, menurut kepercayaan orang Tionghoa umumnya merupakan sebuah tahun dimana orang-orang yang harus berjuang dengan tekun untuk mendapatkan apa yang ingin dicapai.
Secara filosofi, Babi yang ‘perawakannya’ gendut menandakan kemakmuran dan kebahagiaan di tahun ini. Semoga saja harapan itu menjadi kenyataan.
Misa dipimpin oleh Pastor Paroki St.Ignatius Manado Pastor Damianus Yangko Alo, Pr didampingi oleh empat Imam, Pastor Yansen Dianomo, Pr, Pastor Terry Ponomban, Pr, Pastor Lucky Singal, Pr dan Pastor Glen Woy, Pr .
Yang menghadiri misa terpantau banyaknya ‘tampungan’ lantai bawah penuh dengan umat yang hadir dalam Perayaan Misa Imlek.
Dan yang menjadi penanggung jawab Panitia dalam Misa Tahun ini adalah Lux Aeterna dan WR Bunda Maria .
Misa kali ini ditandai dengan suasana merah-merah (dalam kepercayaan Tionghoa, bahwa warna merah merupakan lambang kebahagiaan).
Saat Misa, Pastor Terry Ponomban memberikan renungan dengan cerita soal Ai Wo yang workaholic. Ai Ni, adiknya yang miskin, orangnya ora et labora, aktif di gereja dan wilayah rohani.
Singkat cerita, dalam cerita penuh kelakar itu Ai Wo masuk neraka, Ai Ni masuk surga.
Ponomban mengatakan, Imlek adalah permulaan musim semi di Tiongkok. Orang mengenang musim dingin di mana alam tampak mati, tidak ada tanda-tanda pertumbuhan dan kehidupan.
Masa “mati” ini diganti dengan masa di mana semua tumbuhan, benih, tanaman bersemi kembali, menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tanda-tanda harapan.
“Tuhan ingin agar kita jangan salah memilih prioritas dalam hidup, agar kita jangan salah langkah, salah kaprah, jangan tetap tinggal dalam hidup yang lama, jangan tetap berkubang dalam kesalahan. Pada malam Imlek orang Cina membuka pintu rumahnya lebar-lebar agar yang lama bisa keluar dan baru bisa keluar,” katanya.
Imlek, kata panomban, perayaan membiarkan yang lama lewat, berlalu, ibarat daun tua pada pohon, biarkan dia jatuh agar yang baru menyembul, terbit. Imlek, menurut Paulus, kesempatan untuk hidup baru, semua menjadi harmoni.
“Imlek dirayakan dengan pesta agar tahun baru hidup lebih manis, indah dan harmonis. Imlek dirayakan dengan berbagi sebagai ajakan untuk tahu berbagi,” ujarnya.
Pastor Terry Panomban, mengatakan Imlek dirayakan dengan warna merah, seperti api yang berkorbar menjadi lambang semangat dan kebahagian.
“Imlek adalah meraih hidup bermakna, seperti Ai Ni bukan Ai Wo. Ai Wo artinya mencintai diri sendiri sementara Ai Ni berarti mencintaimu. Inilah yang berkenan pada Tuhan, mencintai Tuhan dan sesama,” katanya.
Usai misa Imlek di Gereja Paroki Ignatius Manado, Selasa (05/02/2019), para pastor yang mempersembahkan misa memberi makan angpau kepada dua barongsai.
Bunyi tambur dan petasan menyemarakkan aksi barongsai di depan pintu masuk gereja yang terletak di Jalan Walanda Maramis, Kanaka, kawasan pecinan Manado.
Lampion-lampion merah serta hiasan bernuansa Imlek lainnya dipasang di sekitar gereja.
Setelah akis barongsai, umat makan bersama di Aula Ignatius. Dengan di iringi Organ tunggal dan Mc Ibu Telda Ticoalu sebagai Ketua Seksi Liturgi Paroki St.Ignatius Manado membawa sukacita dan kebersamaan umat dalam merayakan Tahun Baru Imlek, menambah semarak suasana perayaan Pastor Glen, Pastor Yansen dan Pastor Yangko Alo bergantian turut mengiringi umat dan bernyanyi bersama.
Tema imlek pun terlihat megah di gereja Paroki Santo Ignatius Manado mulai dari luar gereja hingga didalamnya.
Menurut Pastor Paroki Santo Ignatius Manado Pastor Damianus Yangko Alo
Misa Imlek ini dirayakan untuk menjaga keberagan dengan saudara-saudara umat yang merayakannya.
“Alasan utamanya memang menjaga kebersamaan, kami ingin menghormati sanak saudara kita,” ujarnya.
Yangko Alo juga berharap, melalui perayaan misa Imlek ini ikatan kekeluargaan bisa terus terjaga.
“Harapannya semua umat Paroki Santo Ignatius Manado bisa terus menjaga kerukunan dan kebersamaan antar Umat beragama,” ungkapnya.
Perayaan ekaristi Imlek yang menggunakan bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia ini, turut dihadiri oleh Bapak Kapolda Sulut,
Irjen Pol Dr R Sigid Tri Hardjanto, bersama ibu. (LL)