Menteri PPPA Serukan Perangi Napza dan Berdayakan Mama-mama Papua

Nasional225 Dilihat

TopikSulut.com, MANOKWARI – Bekerjasama dengan tim Penggerak PKK se-Provinsi Papua Barat, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise melakukan Dialog Interaktif dengan Anak Remaja Manokwari dan Bertemu dengan Ibu-Ibu PKK se-Prov. Papua barat. Mengangkat tema dialog “Anak Papua bebas NAPZA.”

Di hadapan ratusan anak-anak pecandu lem, dan zat-zat adiktif yang masih dalam tahap pengawasan serta rehabilitasi, Menteri Yohana tegaskan dan ajak semua masyarakat perangi Nakotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA).

“Saya mengapresiasi Ibu Gubernur Prov. Papua Barat, yang menginisiasi pertemuan ini. Sebab, dari informasi yang kami dapatkan, anak-anak Indonesia terutama anak Papua banyak yang menjadi korban penyalahgunaan lem dan narkotika,” ujar Menteri Yohana.

Pertemuan ini akan membantu melihat permasalahan dari akar rumput. Anak-anak yang menyalahgunakan zat adiktif dan obat-obatan terlarang merupakan indikasi adanya krisis pengasuhan dari orangtua.

“Dibutuhkan perhatian dan kerjasama kita semua untuk menghentikan segala bentuk penyalahgunaan obat-obatan. Mari perangi NAPZA. Anak-anak di Papua, adalah anak-anak kita. Mengawasi anak-anak adalah tugas kita semua, merekalah calon pemimpin di masa depan,” jelas Menteri Yohana.

Saat dialog, juga terdapat sesi berbagi kisah dari seorang ibu yang memiliki anak pecandu lem. Dalam keterangannya, ia menceritakan usaha kerasnya dalam membantu rehabilitasi putranya yang menjadi pecandu berat.

Baca juga:  Pendeta Heski Roring Yakin Indonesia Akan Lebih Maju & Disegani, di bawah Kepemimpinan Presiden Prabowo

“Sebagai seorang ibu, sangat sedih sekali melihat anak-anak pecandu lem ataupun narkoba. Sabar dan tidak putus asa, menjadi kekuatan saya dalam mendampingi anak saya yang menjadi pecandu lem sejak 2015. Meski saya sendirian membesarkan anak, saya terus menerus menasihati, berusaha mengawasi, dan membawanya berobat. Saya kuatkan dan ingatkan dia tentang bahaya dan kerusakan yang dapat ditimbulkan dari kecanduan. Mari kita semua perangi Narkoba dan zat-zat adiktif lainnya, karena memang benar itu sangat merusak anak-anak kita. Tolong Pemerintah daerah memberi perhatian yang lebih pada kasus ini,” terang Ibu yang akrab di panggil Mama Marco.

Selepas dialog, Menteri Yohana kemudian melanjutkan kegiatannya di Manokwari menuju Kantor Gubernur Prov. Papua Barat, menghadiri Demo Masak Berbasis pangan Lokal dan Pameran kerajinan oleh Mama-Mama Papua yang diprakarsai Ibu-Ibu PKK Prov. Papua Barat.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Yohana mendorong perempuan Papua untuk dapat meningkatkan keterampilan agar mandiri, berkarya dan berdaya secara ekonomi. Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) juga memberikan sebuah piala bergilir bagi peserta lomba masak yang akan di perebutkan setiap setahun sekali, tujuannya untuk memotivasi mama-mama untuk terus berinovasi dan menjaga makanan khas papua.

Baca juga:  Sita Rp78,1 Miliar dari Judol Internasional, Komitmen Polri atas Asta Cita Presiden Prabowo

“Piala bergilir yang kami berikan ini adalah untuk kelompok ibu-ibu yang menjadi juara umum dalam perlombaan. Artinya, kegiatan ini akan resmi diadakan setiap tahunnya. Bekerjasama dengan PKK Prov. Papua Barat, kegiatan ini merupakan inisiasi dan harapan dan saya pada khususnya yang ingin perempuan atau mama-mama Papua ini memiliki keterampilan dalam membuat kerajinan khas Papua, sehingga dapat bersaing dengan pengrajin khas dari daerah lainnya. Semoga kedepan akan banyak kegiatan sejenis yang dapat membawa perubahan dan meningkatkan derajat kaum perempuan di Papua,” pungkas Menteri Yohana.

Menutup kunjungan kerjanya di Papua barat, Menteri Yohana bersama Wakil Gubernur dan Kepala Dinas PPPA meninjau lokalisasi yang ada di Kecamatan Maruni, Manokwari. Disana, Menteri Yohana melakukan dialog dan kembali mengingatkan bahwa setiap perempuan di Indonesia berhak mendapatkan perlindungan tanpa terkecuali dan diskriminasi. Ia berharap perempuan yang saat ini masih bekerja di lokalisasi dapat segera keluar dan kembali ke daerah masing-masing serta beralih profesi seperti menjahit, membuka usaha atau membuat kerajinan untuk membantu ekonomi keluarga. (*)