Catatan Menuju Pilwako Bitung 2020
Pasca pemilihan anggota legislatif 9 April lalu, konstalasi politik di kota Bitung semakin panas.
Pasalnya, hasil Pileg yang memenangkan PDIP dengan 8 kursi dan disusul partai Nasdem dengan 7 kursi, membuat 2 partai penguasa tersebut berhak mengusung calon sendiri di Pilwako. Hal ini dikarenakan, sesuai regulasi yang ada, partai yang bisa mengusung calon adalah yang memiliki 20 persen atau 6 kursi di DPRD.
Nadem dipastikan akan kembali mengusung sang petahana, Maxmilian Jonas Lomban, yang juga ketua DPW Nasdem Sulut. Sementara PDIP dipastikan mengusung calon sendiri, dengan jagoan sang ketua partai yang kini menjabat wakil walikota, Maurits Mantiri.
Hal ini menunjukan bahwa koalisi Nasdem-PDIP yang terbangun sejak Pilwako 2015 lalu dipastikan pisah jalan. Berpisahnya pasangan MJL-MM, demikian dua pimpinan Kota Bitung ini disapa, menguntungkan figur dan partai politik lain untuk merebut kekuasaan. Seperti halnya PKPI yang memiliki 5 kursi hasil Pileg 2019, hanya membutuhkan tambahan 1 kursi. Demikian halnya dengan Partai Golkar yang meraih 4 kursi hasil Pileg 2019.
Dengan komposisi ini, sejumlah partai kecil sedikit diuntungkan. Seperti halnya PAN dengan 2 kursi, Gerindra 1 kursi dan Demokrat 2 kursi dan Perindo 1 kursi. Golkar berpotensi mengusung calon sendiri jika berkoalisi dengan PAN. koalisi Kuning-Biru ini memungkinkan terjadi, dengan pasangan Pricilia Cindy Wurangian yang merupakan ketua Partai Golkar Bitung dan 3 kali beruntun meraih kursi di DPRD Provinsi berpasangan dengan ketua PAN Bitung, Gunawan Pontoh.
Demikian halnya dengan PKPI yang kabarnya bakal mengusung pengusaha kawakan, Joseph Keon Maringka, berpeluang koalisi dengan partai lain seperti Perindo atau Gerindra. Apalagi ketua Perindo Bitung, Dameria Lumempouw Hutagaol sudah menyatakan siap bertarung pada Pilwako.
Pasangan lain yang bakal muncul adalah dari jalur perseorangan atau independen. Seperti halnya pada 2015 lalu, ada 3 pasangan calon independen yang tampil sebagai kontestan. Apalagi ada sejumlah birokrat yang menyatakan siap maju. Diantaranya, mantan Sekkot Bitung, Edison Humian yang kini menjabat Asisten 1 Pemprov Sulut dan Julius Ondang, kepala dinas Pendidikan saat ini.
Jika hal ini terjadi, maka MJL maupun MM harus berhati-hati, mengingat politik bukanlah matematika biasa. Diinternal Nasdem, MJL terlihat banyak pilihan untuk mendampinginya diperiode ke dua. Mereka yakni, sekretaris Nasdem Bitung, Ramlan Ifran, ketua DPD Nasdem Bitung yang kini duduk di DPRD Sulut, Dra Nory Supit, yang tak lain mertua Sekkot Bitung, Audy Pangemanan. Selain itu, ada politisi kawakan, Youndries Kansil dan Ruslan Abdul Gani serta Arifin Dunggio.
Sementara diinternal PDIP, MM juga punya beberapa pilihan. Diantaranya, Hengky Honandar, dan Fabian Kaloh. Dua nama terakhir merupakan lawan MJL-MM saat Pilwako 2015 lalu dan kini terpilih sebagai anggota DPRD Sulut dari PDIP. Belum lagi jika muncul dari eksternal. Bukan tidak mungkin MM berpasangan dengan Edison Humiang atau Julius Ondang atau Arifin Dunggio, yang dikenal sebagai politisi senior yang kini duduk di DPRD Sulut.
Jika muncul 5 pasangan calon atau bahkan lebih, maka masyarakat akan memiliki banyak pilihan. Dengan demikian, pertarungan merebut DB 1 dan DB 2 C, akan sulit diprediksi. Seiring berjalannya waktu, semua akan terlihat dengan jelas, karena dalam politik tidak ada yang pasti dan tidak ada yang abadi, selain kepentingan. (hezkygoni)