TAHUNA
Kabupaten Kepulauan Sangihe masuk empat besar terbaik dalam penanganan stunting di Sulawesi Utara (Sulut) sesuai data hasil pengukuran status gizi yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI.
Meskipun diakui kasus stunting di Kabupaten Sangihe mengalami kenaikan 0,5% dari tahun sebelumnya, yaitu dari 18,5% menjadi 19%.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah, dr. Handry Pasandaran ME, saat dikonfirmasi pada Jumat (31/5/2024) tentang penanganan stunting.
Menurut Pasandaran, kenaikan angka stunting dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan, di antaranya pemenuhan gizi, pola asuh, dan dukungan sarana prasarana lainnya seperti sanitasi dan air bersih.
“Secara rata-rata provinsi untuk Sulawesi Utara, prevalensinya sekarang 21,3%. Kita masih di bawah prevalensi Sulawesi Utara. Dibandingkan kabupaten/kota yang lain, Kabupaten Sangihe berada pada urutan keempat terbaik. Urutan pertama terbaik adalah Kota Tomohon dengan prevalensi 10,5%, kemudian yang kedua Minahasa Utara 10,9%, Minahasa Tenggara 15,0%, dan Kabupaten Sangihe di urutan keempat dengan 19%,” ungkap Pasandaran.
“Jika dilihat, ada kabupaten/kota yang tahun lalu prevalensinya turun, namun saat ini naik sampai 7-10%. Kenaikan kita hanya 0,5%, ini selaras dengan berbagai angka statistik lainnya yang menjadi faktor penyebab, seperti kemiskinan yang juga naik 0,5%,” tambahnya.
Keberhasilan pelaksanaan berbagai program selama ini dalam penanganan stunting turut berkontribusi terhadap persentase kenaikan angka stunting yang hanya 0,5% dibanding daerah lain yang naik signifikan.
“Jika dilihat, ada kabupaten/kota yang tahun lalu prevalensinya turun, namun saat ini naik sampai 7-10%. Kenaikan di Kabupaten Sangihe hanya 0,5%,” pungkasnya.
Pasandaran optimis dengan kerja kolaborasi berbagai instansi terkait dan dukungan stakeholder, angka stunting di masa depan akan terus mengalami penurunan.(*).